Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya
massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang.
Penyakit ini biasanya datang secara tiba – tiba, khususnya bagi mereka yang
mengalami lanjut usia, selain faktor lanjut usia ada faktor lain yang memacu
datangnya osteoporosis pada tulang seseorang yaitu pola makan yang tidak
seimbang juga dapat menimbulkan terjadinya osteoporosis.
Seseorang yang mengalami osteoporosis dapat dibedakan menjadi 9 golongan yaitu
:
1. Penderita Hiperparatiroid
Meskipun rendah persentase kejadiannya, hormon paratiroid yang terletak di
leher depan kita berdekatan dengan kelenjar tiroid, dapat mengalami keganasan
atau tumor. Pada situasi ini, jumlah hormon yang beredar di dalam tubuh akan
meningkat. Padahal, seperti kita ketahui, hormon ini sangat erat hubungannya
dengan sel osteoclast dalam tulang. Akibatnya, sel-sel osteoclast akan
mengalami peningkatan aktivitas. Akan lebih banyak senyawa kalsium yang diambil
dari tulang sehingga menimbulkan peningkatan pesat kadar kalsium dalam darah.
Kondisi semacam ini menyebabkan penderita mengalami penurunan selera makan,
kemunduran dalam kekuatan otot, nyeri perut, dan pengeroposan tulang bila
terjadi secara berlanjut.
2. Pederita Hipertiroid
Sebutan lain untuk hipertiroid adalah basedow. Gejala penderita cukup beragam,
tidak sama satu sama lain. Namun, secara umum ditandai oleh mudah berkeringat,
lemas, gugup, lekas marah, cemas, gelisah, tidak bisa tidur, lapar terus
(anehnya, meskipun sudah makan, berat badan malahan turun), sembelit atau
justru diare, tangan gemetar, haid tidak teratur, tekanan darah meninggi,
rambut mudah rontok dan pengeroposan tulang.
Penyebab hipertiroid adalah berlebihnya kadar hormon tiroksin yang dihasilkan
oleh kelenjar gondok. Akibatnya, pertukaran zat dalam tubuh meningkat jauh di
atas normal. Pengatur metabolisme tubuh menjadi terlalu aktif, termasuk
metabolisme kalsium. Pada kondisi tersebut terjadi pembuangan kalsium secara
besar-besaran melalui air seni maupun tinja. Untuk mengimbanginya, terjadilah
proses demineralisasi tulang yang lebih aktif.
3. Penderita Anoreksia
Nervosa Penderita anoreksia nervosa (kelainan pola makan) akan melakukan
pembatasan konsumsi makanan secara tidak wajar. Mereka akan berupaya
mati-matian untuk menjaga berat badan dan bentuk tubuhnya, serta mengendalikan
kebiasan makan yang ketat. Seringkali mereka melakukan kegiatan olahraga yang
berlebihan dalam upaya mencapai bobot badan ideal menurut imajinasinya.
Pada awalnya penurunan bobot badan yang dilakukan kelihatan cukup realistis.
Namun, setelah mencapai target, mereka menetapkan bobot ideal yang lebih
rendah. Secara psikologis, mereka sangat peka terhadap kritikan mengenai bobot
badan. Diet yang dilakukan seolah-olah menjadi pola hidup. Mereka sebenarnya
memiliki rasa lapar yang normal, tetapi rasa lapar tersebut dikontrol dengan
ketat.
Makanan berlemak nyaris tidak tersentuh, padahal kandungan energinya tinggi.
Penderita anoreksia adalah individu-individu yang memiliki kepedulian tinggi
terhadap aspek gizi. Sayang sekali terjadi distorsi pengetahuan gizi, sehingga
mereka tidak mampu mempraktikkan konsep-konsep informasi gizi yang diterimanya.
Karena itulah penyakit osteoporosis mudah sekali menyerang mereka.
4. Hamil dan Menyusui
Semasa hamil, penyerapan kalsium di dalam usus ibu akan meningkat untuk
memenuhi kebutuhan kalsium bagi bayi yang dikandungnya. Apabila konsumsi
kalsium harian pada ibu rendah, kebutuhan bayi akan kalsium terpaksa dipenuhi
dari cadangan kalsium yang ada pada tulang ibunya. Hal yang sama juga dapat
terjadi selama menyusui. ASI sangat diperlukan oleh bayi untuk hidup sehat, dan
salah satu komponen penting pada ASI adalah kalsium. ASI rata-rata mengandung
kalsium sebanyak 300 mg per liter. Oleh karena itu, konsumsi kalsium harus
ditingkatkan selama menyusui. Jumlah konsumsi yang dianjurkan selama hamil dan
menyusui masing-masing sebesar 1.200 mg per hari.
Remaja yang sedang tumbuh (11-24 tahun) dianjurkan mengonsumsi kalsium 1.200 mg
per hari. Jarak kehamilan yang terlalu dekat tentu akan mempercepat kehilangan
kalsium tulang, terutama bagi yang konsumsi hariannya kurang cukup. Dengan
kehamilan yang diatur jaraknya (misalnya 2-3 tahun), diharapkan status kalsium
ibu akan kembali normal sebelum hamil dan menyusui berikutnya.
5. Pola Makan yang Tidak Tepat
Makan hendaknya tidak diartikan sebagai rutinitas belaka. Dari aspek kesehatan,
pola makan yang salah dapat membahayakan. Pola makan yang sangat mendukung
osteoporosis adalah pola makan yang sangat rendah kalsium serta vitamin A, D,
dan K. Kecukupan vitamin sebaiknya dipenuhi dari sumber alami, seperti
sayuran-sayuran berdaun hijau tua.
Konsumsi tinggi kafein dapat menyebabkan pembuangan kalsium secara
besar-besaran dalam air seni. Menghindari konsumsi protein yang terlalu banyak
juga dapat mencegah osteoporosis. Hal ini disebabkan protein yang tercerna
tubuh, melepaskan asam dalam aliran darah. Asam tersebut akan dinetralisasi
tubuh dengan mengurai kalsium dari tulang.
Serat pangan yang dikonsumsi secara berlebihan juga kurang baik bagi tubuh. Serat
pangan akan mengikat sebagian besar senyawa makanan dalam usus dan juga
menghambat penyerapannya. Senyawa yang paling mudah berikatan dengan serat
pangan adalah mineral, termasuk kalsium.